PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
1.
Pokok Pengertian Tentang Proses Tumbuh Kembang
Anak.
Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahluk. Pada manusia
terutama kanak-kanak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat,
terutama pada periode tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan
setiap anak berlangsung menurut prinsip-prinsip yang umum, namun demikian
setiap anak memiliki ciri khas yang tersendiri.
Proses pertumbuhan dan
perkembangan anak terjadi sejak dalam kandungan. Setiap organ dan fungsinya
mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda.
Pertumbuhan yang terjadi pada
seseorang tidak hanya meliputi apa yang terlihat seperti perubahan fisik,
tetapi juga perubahan dan perkembangan dalam segi lain seperti berfikir, berperasaan,
bertingkah laku dan lain-lain.
Perkembangan yang dialami anak
merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke
tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum, misalnya : anak berdiri
dengan satu kakim berjingkat (berjinjit), berjalan menaiki tangga, berlari dan
seterusnya.
2.
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Masa lima
tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan penginderaan, berfikir, keterampilan berbahasa dan berbicara,
bertingkah laku sosial dan lain-lainnya.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi
proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu :
Faktor Dalam
Yaitu faktor-faktor yang ada
dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh,
termasuk di sini antara lain :
(1) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua,
kakek-nenek atau generasi sebelumnya.
Misalnya : warna rambut, bentuk tubuh.
(2) Unsur berfikir dan kemampuan intelektual.
Misalnya : kecepatan berfikir.
(3) Keadaan kelenjar zat-zat dala, tubuh.
Misalnya : kekurangan hormon
yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembang anak.
(4) Emosi dan sifat-sifat (temperamen)
tertentu.
Misalnya : pemilu, pemarah, tertutup, dan lain-lain.
Faktor Luar
Termasuk di sini antara lain :
(1)
Keluarga.
Sikap dan kebiasaan keluarga
dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan
antara saudara, dan lain-lain.
Keluarga keluarga tersebut meliputi :
(1.1)
Umur ibu kurang dari 20 tahun
(1.2)
Jumlah anak usia di bawah 3 tahun (batita) 2 atau lebih.
(1.3)
Ibu/pengasuh
anak tahu mengenai kebutuhan anak dan sulit menerima pesan-pesan kesehatan,
yang ditandai antara lain oleh hal-hal sebagai berikut :
a. tidak tahu mengenal hal-hal umum yang
diketahui masyarakat.
b. Tidak dapat memahami petunjuk kesehatan
yang sederhana.
c. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang
biasanya dapat dijawab para ibu mengenai anaknya.
(1.4)
Ibu/pengasuh
anak menderita gangguan mental atau tekanan jiwa yang berat, yang ditandai
antara lain oleh hal-hal sebagai berikut :
a. tampak putus asa, tidak mempunyai harapan
mudah menangis.
b. Bereaksi sangat lambat, tampak sangat
kelahan dan tidak acuh pada keadaan sekitarnya.
c. Perilaku yang aneh seperti berbicara tidak
menentu atau berbicara / tertawa sendiri, gelisah sekali, mondar-mandir tanpa
tujuan.
(1.5)
Ibu/pengasuh
anak mengabaikan atau tak acuh terhadap kesejahteraan / perkembangan anak, yang
ditandai antara lain oleh adanya hal-hal sebagai berikut :
a.
menjelek-jelekkan anak
b. terlihat sedang berteriak atau memukul
anak untuk suatu persoalan kecil.
c. Tidak mengetahui data tentang anaknya yang
umum diketahui oleh para ibu, misalnya umur anak, waktu imunisasi, penyakit
yang pernah diderita anak, memperlihatkan siap tidak tertarik dalam pembicaraan
mengenai anak.
d. Bersikap pesimis terhadap anaknya, dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang tidak menyenangkan mengenai masa depan
anak.
(1.6)
Rumah
yang kacau dan kotor, yang ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap
keselamatan anak dan perawatan rumah, misalnya : panci-panci tidak dicuci,
rumah disapu, anak-anak dalam keadaan kotor, keadaan rumah yang tidak teratur
dan lain-lain.
(1.7)
Ayah
yang sering melakukan kejahatan, minum alkohol atau ada gangguan jiwa, yang
ditandai antara lain oleh adanya hal-hal sebagai berikut : masuk ke rumah sakit
jiwa beberapa kalim sering mabuk, ditangkap polisi, dan lain-lain.
(1.8)
Hubungan
suami-isteri yang buruk, yang ditandai antara lain oleh :
a. orang tua sering bertengkar di depan
anak-anaknya.
b. Kekerasan fisik antara orang tua, suami
sering memukul isteri, dan lain-lain.
(1.9)
Kemiskinan
: yang ditandai antara lain oleh adanya hal-hal sebagai berikut :
a. lingkungan pemukiman yang buruk, misalnya
: gubuk buruk berlantai tanah, atap bocor, dan lain-lain.
b. Alat makan untuk orang dewasa yang tinggal
di rumah tersebut tidak mencukup, misalnya : satu cangkir dipakai oleh beberapa
orang dewasa.
c. Perlengkapan tidur tidak mencukupi,
misalnya : satu tikar dipakai oleh beberapa orang dewasa.
d.
Mempunyai baju ganti.
(2)
Gizi
Kekurangan gizi dalam makanan
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh
dirinya.
Kekurangan gizi tersebut
meliputi kekurangan vitamin A, iodium, zat besi dan mineral / vitamin lain.
(3)
Budaya tersebut.
Asuhan dan kebisaan dari suatu
masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya
: kebersihan lingkungan, kesehatan, pendidikan.
(4)
Teman bermain dan sekolah.
Ada tidaknya teman bermain,
tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan disekolah, akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
3.
Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Pencaoauan suatu kemampuan pada setiap anak bisa
berbeda-beda, namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang
perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan itu dimaksudkan
agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu perlu dilatih
berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu
dibina dalam menghadapi masa depan anak yaitu :
3.1
Perkembangan kemampuan gerak kasar
Yang dimaksud dengan gerakan
(motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik diartikan
sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan
perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak.
Pada anak, gerakan ini dapat
secara lebih jelas dibedakan antara gerakan kasar dan gerakan halus.
Disebut gerakan kasar, bila
gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
Contoh : * Gerakan membalik dari telungkup menjadi
telentang atau sebaliknya
* Gerakan berjalan
* Gerakan berlari, dan lain-lain
3.2
Perkembangan kemampuan gerak halus
Disebut gerakan halus, bila
hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Gerakan halus ini memerlukan
koordinasi yang cermat.
Contoh : * gerakan
mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan.
* gerakan memasukkan benda kecil ke dalam
lubang.
* membuat prakarya (menempel, menggunting).
* menari
* menggambar dan lain-lain
Melalui
latihan-latihan yang tepat, gerakan kasar dan halus ini dapat ditingkatkan
dalam hal kecepatan, keluwesan dan kecermatan, sehingga secara bertahap seorang
anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan gerakan-gerakan yang
diperlukan guna penyesuaian dirinya
3.3 Perkembangan kemampuan bicara, bahasa dan
kecerdasan
Sebagai mahluk sosial, anak
akan selalu berada di antara atau bersama orang lain. Agar dicapai saling pengertian
maka diperlukan kemampuan berkata-kata atau komunikasi aktif ini belum dapat
dilakukan, ia menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan dan
gerakan.
Meskipun demikian, komunikasi
dengan orang lain tetapi dapat terjadi karena ia mengerti ucapan-ucapan orang
lain. Kesanggupan mengerti dan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain
disebut sebagai komunikasi pasif. Komunikasi aktif dan komunikasi pasif perlu
dikembangkan secara berharap. Anak dilatih untuk mau dan mampu berkomunikasi
pasif (anak mampu mengerti orang lain).
Pada balita kemampuan berfikir
mula-mula berkembang melalui kelima inderanya,
Misalnya : - melihat warna-warni
- mendengar suara atau
bunyi-bunyi
- mengenal rasa, dan
lain-lain.
Melalui
kata-kata yang didengar dan diajarkan, ia mengerti bahwa segala sesuatu itu ada
namanya.
Daya fikir
dan pengertian mula-mula terbatas pada apa yang nyata (konkrit), yang dapat
dilihat dan dipegang atau dijaminkan.
Melalui
bermain-main serta latihan yang diberikan orang tua atau orang lain, setahap
demi setahap anak akan mengenal, mengeti lingkungannya dan memiliki kemampuan
merencanakan persoalan.
Anak akan
memiliki bermacam-macam konsep / pengertian seperti :
-
Konsep
tentang benda, misal : meja, gelas, bola.
-
Konsep tentang warna, misal : merah biru
-
Konsep
tentang manusia, misal : ibu, bapak, kakak
-
Konsep
tentang bentuk, misal : bulat, segi tiga dan lain-lain.
Semua konsep
atau pengertian ini kemudian meningkat sehingga memungkinkan anak untuk
melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, lebih abstrak dan
lebih majemuk, misalnya : mengerti dan menggunakan konsep sama berbeda,
bertambah-berkurang, sebab-akibat dan lain-lain.
3.4
Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri
Pada awal kehidupannya,
seorang anak bergantung pada orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhannya (misal
: makanan, pakaian, kesehatan, kasih sayang, pengertian, rasa aman dan
kebutuhan akan perangsangan mental, sosial dan emosional).
Kebutuhan-kebutuhan anak
berubah dalam jumlah maupun derajat kualitasnya sesuai dengan bertambahnya umur
anak. Dengan makin mampunya anak melakukan gerakan motorik (seperti : berdiri,
berjalan, dan berbicara), anak terdorong untuk melakukan sendiri berbagai hal
yang terdorong untuk bergaul dengan orang lain selain anggota keluarganya
sendiri.
Orang tua harus melatih usaha
mandiri anak, mula-mula dalam hal menolong kebutuhan anak dan itu sendiri
sehari-hari, misalnya : makan, minum, buang air kecil dan besar, berpakaian dan
lain-lain.
Kemampuan-kemampuan ini makin
ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya nusia. Anak perlu berkawan, luas
pergaulan perlu dikembangkan pula, dan anak perlu diajar tentang aturan-aturan
disiplin, sopan-santun dan sebagainya agar tidak canggung dalam memasuki
lingkungan baru.
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA
Masa yang paling menentukan
dalam proses tumbuh kembang seorang anak ialah masa di dalam kandungan
ibunyandan kira-kira dua tahun sesudahnya, pada saat mana sel otak sedang
tumbuh dan menyempurnakan diri secara sesat sekali untuk kemudian bertambah
lambat sedikit demi sedikit sampai anak berumur lima tahun.
Dapat dimengerti bahwa dalam
upaya menurunkan masalah tumbuh kembang seorang anak harus dilakukan upaya
pencegahan sendini mungkin, yakni sejak pembuahan, janin di dalam kandungan
ibu, pada saat persalinan sampai dengan masa-masa kritis proses tumbuh kembang
manusia yaitu di bawah usia lima tahun.
1.
Pengertian deteksi dini tumbuh kembang balita.
Deteksi
dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor
risiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita.
2.
Kegunaan deteksi dini
Kegunaannya adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita
secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada
masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Upaya-upaya tersebut diberikan
sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi
tubuh kembang yang optimal.
3.
Pelaksanaan deteksi dini
Upaya
deteksi dini dapat dilaksanakan oleh tenaga profesional, kader dan orang tua
atau anggota keluarga lainnya yang mempu dan terampil dalam melaksanakan
deteksi dini.
Kegiatan ini dapat dilakukan
di pusat-pusat pelayanan kesehatan, di posyandu, disekolah-sekolah dan di
lingkungan rumah tangga.
4.
Alat untuk melakukan deteksi dini
Alat untuk deteksi dini ini
berupa tes skrining yang telah distandardisasi untuk menjaring anak yang
mempunyai kelainan dari mereka yang normal.
Tes skrining yang peka, dapat
meramalkan keadaan anak dikemudian hari.
Macam-macam tes skrining yang
digunakan adalah :
Macam-macam tes skrining yang
digunakan adalah :
4.1.1
Berat
Badan menurut Umur (BB/U)
4.1.2
Pengukuran
Lingkaran Kepala Anak (PLKA)
4.1.3
Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
4.1.4
Kuesioner
Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)
4.1.5
Tes
Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan Mata (TKM) Bagi Anak Prasekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar